Miana (Plectranthus scutellarioides)

Identitas Penamaan
Miana secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Plectranthus scutellarioides (L.) R. Br.. Nama lain dari nama ilmiah Plectranthus scutellarioides yaitu Coleus blumei Benth. Secara internasional tanaman ini populer dengan nama coleus, common coleus, painted nettle, painted-leaf plant atau variegated coleus.
Di Indonesia, tanaman ini memiliki banyak nama lain. Diantaranya yaitu sigresing di Sumatera Utara atau wilayah suku Batak, adong - adong di Palembang, jawek kotok di Jawa Barat atau wilayah Sunda, iler atau wiyono di Jawa Tengah, ati - ati di Makasar atau wilayah suku Bugis, bulunangko di wilayah suku Toraja dan Serewung di wilayah Minahasa (Wjayakusuma, 2004). Di Malaysia tanaman ini dikenal dengan nama kentongan, dapoyana di Filipina, wu cai su di China dan niwajiku di Jepang (Marianne Jennifer Datiles, 2022).
Nama genusnya berasal dari Bahasa Yunani untuk 'plectron' yang berarti 'pacu' dan 'anthos' yang berarti 'bunga' (Marianne Jennifer Datiles, 2022). Penamaan ini mengacu pada bunganya yang berbentuk taji. Sedangkan nama spesiesnya scutellarioides berarti hidangan kecil atau saus, mengacu pada bentuk kelopak yang persisten setelah bunga memudar (NParks | Coleus Scutellarioides, 2022).
Taksonomi
Kingdom | Plantae |
---|---|
Phylum | Spermatophyta |
Class | Dicotyledonae |
Order | Lamiales |
Family | Lamiaceae |
Genus | Plectranthus |
Species | Plectranthus scutellarioides |
Asal
Miana berasal dari wilayah Asia Tenggara yang meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura dan Filipina serta wilayah utara Australia. Kini tanaman miana telah banyak dibudidayakan di negara - negara beriklim tropis serta di semua bagian negara China hingga keberadaannya dinyatakan invasif di beberapa daerah.
Spesies miana atau Plectranthus scutellarioides pertama kali diperkenalkan ke Eropa dari pulau Jawa pada tahun 1851 oleh seorang ahli hortikultura asal Belanda. Pada masa tersebut variasi warna dan bentuknya hanya sedikit hingga pada tahun 1877 jumlah variasinya bertambah ketika William Bull dari Amerika mulai menjual benih dari tanaman tersebut. Popularitasnya kemudian dibangkitkan kembali pada awal tahun 1940-an dan pada tahun 1980-an ketersediaan varietas kultivar yang lebih baik telah membuat tanaman menjadi tanaman vegetasi terpenting ke-sepuluh di Amerika Serikat (Nguyen, 2007).
Deskripsi Bentuk dan Pertumbuhan
Miana merupakan tanaman herba semak yang padat dengan ketinggian yang dapat mencapai hingga kurang lebih 1 meter. Daunnya memiliki variasi ukuran, bentuk dan warna yang beragam yang biasanya berwarna cerah dengan bercak pada bagian tengahnya. Bentuk daunnya umumnya berbentuk telur bulat deltoid atau telur bulat lebar.
Bunganya berwarna biru keputihan dengan bentuk paku yang tegak yang tumbuh di bagian atas tanaman. Buahnya berwarna cokelat dengan bentuk kacang - kacangan seperti achene berbiji tunggal dengan ukuran yang sangat kecil.
Miana dapat diperbanyak dengan cara stek batang atau biji. Ia mampu menghasilkan biji sendiri melalui kacang yang jatuh.
Kegunaan dan Manfaat Miana bagi Kesehatan
Miana semenjak zaman dahulu telah banyak dijadikan bahan untuk pembuatan jamu tradisional di Indonesia untuk menyembuhan berbagai penyakit. Daunnya yang berwarna cokelat keunguan mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tannin, minyak atsiri dan kuersetin yang telah terbukti memiliki aktivitas antiinflamasi (Moektiwardoyo et al., 2011). Miana pada berbagai pengobatan tradisional di Indonesia diyakini berkhasiat sebagai obat bisul dan memar (Surahmaida Surahmaida & Umarudin Umarudin, 2019).
Sumber lain menyatakan bahwa miana telah digunakan oleh suku Mazatec Indian di bagian selatan Meksiko untuk efek halusinogennya (Plectranthus Scutellarioides, 2022) dan telah digolongkan sebagai narkotika halusinogen. Selain itu, tanaman ini juga dianggap magis dan telah digunakan dalam ritual ramalan (Marianne Jennifer Datiles, 2022).
Adapun kegunaan lain dari miana khususnya seperti yang dilakukan di pulau Jawa yaitu sebagai pagar hidup di perkebunan kopi (Marianne Jennifer Datiles, 2022).
Lokasi
Daftar Pustaka
Marianne Jennifer Datiles. (2022). Plectranthus scutellarioides (coleus). CABI Compendium. https://doi.org/10.1079/cabicompendium.118545
Moektiwardoyo, M., Levita, J., Purnama Sidiq, S., Ahmad, K., Mustarichie, R., Subarnas, A., & Supriyatna. (2011). The determination of quercetin in Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br. leaves extract and its In Silico Study on Histamine H4 Receptor. Majalah Farmasi Indonesia, 22, 191--196.
Nguyen, P. N. (2007). Genetic, Molecular and Breeding Study of Coleus (Solenostemon scutellarioides (L.) Codd) during Growth and Development [PhD thesis]. University of Florida.
NParks | Coleus scutellarioides. (2022). Nparks.gov.sg. https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/2/4/2460
Plectranthus Scutellarioides. (2022, November 25). Encyclopedia.pub; HandWiki. https://encyclopedia.pub/entry/36512#ref_7
Surahmaida Surahmaida, & Umarudin Umarudin. (2019). Identifikasi dan Analisa Senyawa Kimia Ekstrak Daun Miana (Coleus blumei). IPTEK Journal of Proceedings Series, 4, 24--27. https://doi.org/10.12962/j23546026.y2019i4.6115
Wjayakusuma, H. (2004). Bebas Diabetes Melitus Ala Hembing (I). Puspa Swara, Anggota IKAPI. https://www.google.co.id/books/edition/Bebas_Diabetes_Ala_Hembing/onIVKw-chXYC?hl=id&gbpv=1&dq=Miana&pg=PR2&printsec=frontcover