Flora
    Setu Patok

Identitas Penamaan

Pecut kuda dalam bahasa Latin disebut juga sebagai Stachytarpheta cayennensis. Memiliki banyak nama lain tergantung bahasa daerah di mana ia berada. Secara internasional pecut kuda dikenal dengan nama blue snakeweed, blue porterweed atau brazilian tea. Di wilayah Jawa tanaman ini disebut juga sebagai jarong, gewongan atau ngadi rengga.

Sedangkan di wilayah Perancis tumbuhan ini dikenal dengan nama herbe à chenille atau herbe bleuehonagaso di Jepang, pokok selaseh dandi atau pokok ekor ular di Malaysia dan albaka atau bilu - bilu di Filipina. 

S. cayennensis termasuk dalam famili Verbenaceae yang terdiri dari sekitar 100 induk jenis atau genus. Stachy(s) (ujung runcing, awalnya telinga jagung) menggambarkan perbungaan yang memanjang, dan tarphy (tebal) mengacu pada tangkai bunga yang menebal atau berbunga padat. Namanya diambil dari ibukota Guyana Perancis, Cayenne (Nezet).

Genus Stachytarpheta berisi sekitar 65 spesies, sebagian besar dari daerah tropis Amerika. Banyak di antaranya dianggap gulma di seluruh daerah tropis dan subtropis. Spesies yang berkerabat dekat S. jamaicensis mirip dengan S. cayennensis dan nama umum untuk spesies ini sering digunakan secara bergantian.

Asal

Tumbuhan ini berasal dari wilayah benua Amerika terutama Meksiko Selatan melalui Amerika Tengah dan Selatan hingga Argentina serta banyak di kepulauan Karibia.  Pecut kuda juga dapat di temuka di negara - negara lain seperti India, Australia, Florida di Amerika Serikat, Filipina, Jepang dan Indonesia.

Sebagian besar dari pengenalan tumbuhan ini di seluruh dunia adalah hasil dari introduksi yang disengaja untuk tujuan hiasan. S. cayennensis menghasilkan bunga berwarna biru yang menarik bagi lebah dan kupu-kupu.

Pada tahun 1868 S. cayennesis diperkenalkan ke Kaledonia Baru sebagai makanan ternak (Nezet).

Blue Porterweed - Pecut Kuda - 2.jpg

Deskripsi Bentuk

S. cayennensis adalah herba abadi atau semak belukar dengan ketinggian yang dapat mencapai ketinggian hingga 2,5 m. Tumbuhan ini memiliki batang gundul berkayu dengan beberapa cabang. Daunnya berwarna hijau sepanjang tahun dengan posisi berhadapan. Memiliki bentuk elips dari elips biasa hingga elips lebar atau bulat telur dengan panjang 4 hingga 8 cm dan lebar 2 hingga 4,5 cm (Nezet). 

Bunga pecut kuda berwarna ungu atau ungu kebiruan. Kelopak bunganya terletak pada tangkai berwarna hijau dan dengan bentuk seperti bersisik. Batang tumbuhan ini termauk ke dalam batang berkayu, meskipun bentuknya relatif kecil. Seluruh permukaan batang berwarna hijau tua sama dengan warna daunnya. Batang tanaman juga berfungsi sebagai alat perkembangbiakan secara vegetatif buatan, sedangkan secara generatif tumbuhan ini berkembangbiak dengan menggunakna bijinya.  Akar pecut kuda termasuk jenis akar tunggang.

Spesies lain dalam genus Stachytarpheta memiliki penampilan yang sangat mirip dengan S. cayennensis. Termasuk ke dalamnya yaitu S. jamaicensis, S. australis dan S. mutabilis. Warna bunga seringkali digunakan sebagai faktor dalam membedakan antar spesies. Bunga S. jamaicensis berwarna biru muda atau ungu muda, S. australis memiliki bunga berwarna biru muda atau putih dan batang serta bagian bawah daun puber dan S. mutabilis dicirikan dengan memiliki bunga merah muda atau merah yang lebih besar dengan batang berbulu (Nezet).

Perbedaan lain antara S. cayennensis dan S. jamaicensis yaitu terletak pada ukuran anatomi daun dan batang pada kedua spesies. Secara umum S. cayennensis memiliki ukuran ketebalan batang dan daun yang lebih besar dibandingkan S. jamaicensis (Erhabor and Efosa). Perbedaan lain antara kedua spesies yaitu S. cayennensis biasanya tumbuh tegak sedangkan S. jamaicensis tumbuh merunduk (Flawildflowers).

Manfaat dan Kegunaan Pecut Kuda

Secara ekonomi semejak dahulu kala pecut kuda khususnya karena bunganya yang berwarna biru seringkali digunakan sebagai ornamen hiasan. Di wilayah Amerika Latin, pecut kuda digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati gejala malaria, mengobati disentri dan gangguan hati, meredakan demam, dan bertindak sebagai obat penenang. Tumbuhan ini diketahui mengandung flavonoid, terpen, fenol dan steroid dan telah ditemukan memiliki sifat anti-inflamasi dan anti-malaria (Nezet).

Manfaat lainnya yaitu sebagai bahan pakan ternak. Penggunaan pecut kuda sebagai pakan ternak telah dilakukan semenjak tahun 1868 di Kaledonia Baru.

Blue Porterweed - Pecut Kuda 1.jpg

Efek Lain Pecut Kuda Terhadap Lingkungan

Di Australia, pecut kuda dianggap sebagai gulma lingkungan dengan sifatnya yang dapat mengubah habitat asli. Peraturan diberlakukan di sejumlah wilayah untuk mencegah penyebarannya. Di New South Wales spesies ini dibatasi, artinya tidak dapat dijual atau didistribusikan di dalam wilayah tersebut. Di wilayah Northern Territory spesies ini telah dinyatakan sebagai gulma berbahaya. Ini berarti penyebaran spesies ini harus dikendalikan dan introduksi dilarang.

Pecut kuda termasuk dalam daftar 33 spesies paling invasif di Pasifik Selatan. Keberadaannya semakin melimpah di Florida, AS. Menurut penilaian risiko, spesies ini dianggap sangat invasif dengan risiko yang tinggi (Nezet).


Bagikan catatan ini


Ikuti Studiofru | Green Project melalui media sosial untuk mendapatkan informasi singkat mengenai flora dan fauna

Catatan Terbaru