Identitas Penamaan
Loa atau yang dikenal juga sebagai ara tandan secara ilmiah dalam bahasa Latin dinamakan sebagai Ficus racemosa. Secara internasional dalam bahasa Inggris tumbuhan ini dikenal dengan nama red river fig atau cluster tree. Secara populer tumbuhan ini dikenal juga dengan nama gular dalam bahasan Hindia dan Udumbara dalam bahasa Sanskerta.
Taksonomi
Kingdom | Plantae |
Phylum | Tracheophyta |
Class | Magnoliopsida |
Order | Rosales |
Family | Moraceae |
Genus | Ficus |
Species | Ficus racemosa |
Asal
Loa diyakini berasal dari wilayah sub kontinen India, Pakistan, Australia dan negara - negara Asia Tenggara termasuk Indonesia, Thailand, Laos, Myanmar dan Malaysia serta China. Di Indonesia loa tumbuh di dataran rendah hutan tropis dan dapat dengan mudah ditemukan di sepanjang sumber air. Pohon loa memiliki peran penting di hutan karena menyediakan penutup kanopi untuk tanaman muda dan sebagai rumah untuk hewan di hutan (PRM Team at Camp Nles Mamse, East Kalimantan, 2022).
Deskripsi Bentuk dan Pertumbuhan
Pohon loa merupakan pohon ara tandan dengan batang melengkung dan mahkota menyebar. Karakteristik utama dari pohon ini adalah buahnya yang tumbuh langsung dari batang pohonnya melalui tandan yang pendek dengan tanpa daun. Buahnya berwarna hijau ketika muda dan berubah menjadi oranye kemudian merah kusam atau merah tua setelah matang. Rasa buahnya sedikit hambar sama seperti buah ara hutan lainnya. Sedangkan biji - bijinya kecil dalam jumlah yang sangat banyak.
Ketinggiannya dapat mencapai hingga 10 sampai 18 meter dengan dedaunan hijau yang memberikan keteduhan. Dedaunannya berwarna hijau tua dengan panjang 7,5 sampai 10 cm dan berbentuk bulat telur atau elips yang berkelompok dari simpul batang utamanya.
Kulit batangnya berwarna abu - abu kemerahan yang seringkali dengan permukaan bentuk yang retak dengan ketebalan antara 0,5 sampai 1,8 cm. Tidak seperti pohon - pohon lain dari anggota keluarga yang sama pohon loa tidak memiliki akar udara namun akarnya kuat dan tersebar luas sehingga dapat mencegah terjadinya lonsor di daerah miring.
Loa dalam Kepercayaan Agama
Dalam agama Hindu, loa atau udumbara dianggap suci bagi dewa Dattaguru (Deep et al., 2013) dan merupakan anggota dari empat pohon suci Nalpamara (Ksirivrksas) serta seharusnya ditanam di sekitar rumah dan kuil (Paarakh, 2009).
Dalam agama Buddha, baik pohon dan bunganya disebut sebagai udumbara (bahasa Sansekerta, Pali; Devanagari: 威दुंबर). Udumbara juga dapat merujuk pada bunga lotus biru (nila-udumbara, "udumbara biru"). Bunga udumbara muncul dalam bab 2 dan 27 dari Sutra Teratai, sebuah tulisan penting Buddha Mahayana. Dalam Buddhisme Theravada, tanaman ini dikatakan telah digunakan sebagai pohon untuk mencapai pencerahan (Bodhi) oleh Buddha ke-26, Konaagama (Sinhala) (Racemosa, n.d.).
Di Jepang udumbara disebut sebagai udonge. Menurut legenda dikatakan bahwa pohon udumbara dengan bunganya yang tersembunyi hanya mekar sekali dalam 3000 tahun (McCullough & 紫式部, 1995).
Manfaat Loa bagi Kesehatan
Loa telah banyak digunakan semenjak zaman dahulu. Tumbuhan ini pada dasarnya digunakan untuk efek antidiuretiknya. Sebuah laporan yang ditulis oleh Yadav et al. (2015) menyebutkan bahwa dalam sistem kedokteran Ayurvedic akarnya banyak digunakan untuk pengobatan hidrofobia. Buah loa dikatakan secara aktif dapat melawan kusta, menoragia, leukorea, dan kelainan darah, luka bakar, cacing usus, batuk kering, dan infeksi saluran kemih.
Sedangkan dalam sistem kedokteran Unani, daunnya dapat digunakan untuk merawat penyakit bronkitis, sindrom usus dan wasir. Kuncup daunnya dikatakan efektif melawan infeksi kulit dengan rebusan daun digunakan dalam mencuci luka dan penyembuhan.
Ramuan kulit pohonnya dapat digunakan untuk pengobatan wasir, kolitis ulserativa, diare, disentri, diabetes dan asma. Sementara getahnya dapat dioleskan secara eksternal pada luka untuk mengurangi peradangan, nyeri, edema dan meningkatkan penyembuhan.
Akar tanamannya digunakan untuk disentri, komplikasi dada, dan diabetes, serta dapat juga diterapkan pada pembesaran kelenjar inflamasi, gondong, dan hidrofobia.